Petambak di Resahkan Dengan Masuknya Udang dan Ikan Malaysia

Posted by Admin  | 


Ady Indra Pawennari, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Kharisma Bintan, menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib petani tambak udang tradisional di wilayah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Sebaliknya, menurut Ady, pemerintah malah memberi kelonggaran masuknya udang dan ikan bandeng dari Malaysia.
“Ini aneh, tapi nyata. Kita berada di daerah yang memiliki wilayah laut 96 persen, tapi tiap hari makan udang dan ikan bandeng dari Malaysia. Padahal, kita punya tambak udang dan ikan bandeng yang jauh lebih potensial dari Malaysia,” ungkap Ady dalam siaran pers di Tanjungpinang, Selasa (2/10/2013).
Menurut Ady, pelarangan impor udang oleh pemerintah, sudah dituangkan dalam Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: 52/M-DAG/PER/12/2010 dan Nomor: PB.02/MEN/2010 tentang Larangan Impor Udang Spesies Tertentu ke Wilayah Republik Indonesia.
Kalau sudah ada larangan seperti ini, tutur Ady, seharusnya pemerintah memberi perhatian serius terhadap kelangsungan hidup petani tambak udang di dalam negeri.
Contoh, paparnya, petani tambak udang di wilayah perbatasan Malaysia seperti di Teluk Bintan, Kepulauan Riau, dibiarkan berjalan sendiri tanpa sentuhan teknologi budidaya.
"Akibatnya, produktivitas jalan di tempat dan memberi peluang masuknya udang dan ikan bandeng dari Malaysia,” katanya.
Ady yang merupakan pioneer pembangunan tambak udang tradisional di wilayah Kepulauan Riau menambahkan, untuk meningkatkan produktivitas hasil budi daya perikanan di wilayah Kepulauan Riau, pemerintah diharapkan segera merevitalisasi tambak udang dan ikan bandeng yang tersebar di beberapa daerah di wilayah Kepulauan Riau.
“Sebenarnya, program revitalisasi ini sudah digalakkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan di Pulau Jawa, khususnya di sepanjang pantai utara (Pantura) dengan nilai anggaran mencapai Rp 400 miliar lebih," ungkap Ady.
Tapi, menurutnya, hingga kini Kepulauan Riau belum kebagian. Sebagai wilayah perbatasan, kata Ady, harusnya Kepulauan Riau juga diberi perhatian.
Sejak 2003, Kelompok Tani dan Nelayan Kharisma Bintan mulai membangun tambak udang di Kampung Sei Tiram, Kecamatan Teluk Bintan, seluas 100 hektare lebih. Awalnya, produktivitas tambak udang yang dikelola secara tradisional, berkembang cukup bagus.
Namun, seiring berkurangnya perhatian pemerintah, khususnya dalam pengadaan pupuk bersubsidi, pembenahan sarana dan prasarana pendukung, dan masuknya udang dan ikan bandeng dari Malaysia, produktivitas petani tambak semakin menurun.
Ady berharap, program revitalisasi bisa mengembalikan kejayaan petani tambak udang di Kepulauan Riau, dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.
"Jangan lagi anak cucu kita diwarisi kebiasaan makan udang dan ikan bandeng impor. Sudah saatnya kita benahi dan bangkitkan potensi budi daya perikanan yang kita miliki,” papar Ady

23.35 Share:
About Naveed Iqbal

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim venenatis fermentum mollis. Duis vulputate elit in elit. Follow him on Google+.

Get updates in your email box
Complete the form below, and we'll send you the best coupons.

Deliver via FeedBurner

Labels

Text Widget

About Us

Proudly Powered by Blogger.
back to top